Sabtu, 04 Januari 2014

Silaturahmilah dan jemput rezekimu

Pada awalnya saya sedikit ragu apakah harus melakukan perjalanan ini, perjalanan yang cukup jauh yang pastinya bakal memakan banyak ‘bekal kehidupan’ ku yang kian hari kian menipis. Ditambah  lagi posisi hari yang sedang tanggal tua, persiapan untuk pulkam karena masa studi telah final, dan memikirkan biaya pendidikan si bungsu, Huft… perlu beberapa kali berpikir panjang. Akhirnya dengan segala keterbatasan kuputuskan untuk berangkat.  
Bismilllah…

Perjalanan kali ini saya hendak bersilaturahmi ke kampong halaman keluarga besar ibuku yang seorang jawa tulen. Aku adalah anaknya yang pertama kali bahkan mendahului si bapak untuk sampai duluan kesana. Bahkan ibuku setelah menikah dengan bapak belum pernah lagi kembali kesana, padahal pertama kali meninggalkan jawa ibu ku masih terhitung lulusan SD, sekitar 40 an tahun yang lalu tercatat dalam list program transmigrasi pemerintah pada zaman Suharto tempo doloe.

Demak, itulah tempat kampong halaman yang akan kutuju. Kabupaten  di jawa tengah sebelah timur dari kota semarang, merupakan kota yang terletak di jalur pantura. saat masuk kedalamnya sebuah tulisan besar “selamat datang di demak” juga “demak kota wali”  terpampang diatas gerbang besar kota  menyambut orang yang datang dan melewatinya. Demak memang layak disebut kota wali karena beberapa dari wali songo hidup dan wafat di dalamnya. Diantaranya adalah sunan kali jaga, keturunan mereka pun masih ada disana menurut beberapa informasi.

Berbekal 250 rb kuberanikan diri untuk berangkat kesana. Jika dihitung-hitung bekal itu hanya cukup untuk kepergiannya saja. Entalah, mungkin karena berdekatan dengan tahun baru sehingga hampir semua penyedia layanan jasa tranportasi telah ludes, sementara orang yang ingin berangkat pada hari itu banyak, otomatis harga tiket ekonomi pun naik. (pengalaman rill hukum penawaran ekonomi, semakin tinggi demand maka harga pun akan naik). Walaupun demikian Alhamdulillah ane tetap dapat tiket murah, rp. 110 rb setelah keliling cari sana cari sini. Walaupun ngga ber AC, ngga apa yang paling belakang pula, ditemani ama si Gondrong dan tingkahnya sepanjang malam. :) yang penting bisa sampai selamat ke tempat tujuan.
Alhamdulillah :)

Singkatnya sampailah saya di Demak, langsung di jemput sepupuku dan pakde di Masjid karang Anyar. keluar beberapa kilo dari jalan protokol pantura. Saya langsug diantar kerumahnya melewati berhektar-hektar sawah yang penuh tanaman padi yang beberapa pekan lagi siap untuk di panen.

Sampailah saya di perkampungan ‘wiluang’, singgah pertama kali di rumah mba nur, dia adalah cucu saudari nenekku, sudah berkeluarga dan punya anak satu. Alhamdulillah dirumah mba nur saya disambut dengan berbagai makanan dan minuman plus jus. Tampaknya dia paham saya lagi kehausan dan lelah karena baru saja sampai. 

kegiatan keseharian ku

silaturahmi kerabat. Saya di wiluang tinggal selama tiga hari, saya menghabiskan waktu dengan silaturahmi ke keluarga besar nenek dan kakek dari ibuku. Alhamdulillah walaupun baru pertama kali bertemu suasana begitu cepat mencair, bahkan salah satu pakde ku agak kesal kepadaku, kenapa selama satu setengah tahun di Bogor baru sekarang menyempatkan diri datang. Karenanya saya katakan Insya Allah bulan Mei saya akan datang lagi membawa Ibu dari kampong.

Diantara Rumah yang  saya kunjungi adalah rumah mbah wasio, dia adalah saudara bungsu mbahku (kakek), dia satu-satunya diantara beberapa saudara mbah ku yang masih hidup. Pas pertama kali melihat ku, dia setegah kaget, dengan bahasa jawa dia mengatakan ‘gagah betul cucuku yang satu ini’, (#kepedean.com) mungkin karena melihat kulitku yang agak bersih di bandingkan dengan rata-rata pemuda di sana. 

Sebenarnya mbahku itu tau kalau saya tidak bisa berbahasa jawa, oleh karena itu ketika berbicara dengan ku, mbahku mencoba menggunakan bahasa Indonesia. Mula-mula berbahasa Indonesia tapi ujung-ujungnya secara otomatis tanpa sadar kembali ke jawa, jadilah saya hanya ngangguk-nggaguk wae sok paham. Apalagi pas berkumpul dengan keluarga, sudahlah, bahasa Indonesia itu kayak hilang entah kemana,,, huft, wajib bagiku untuk dapat paham bahasa jawa. 

Ikut ritual Adat. tahlilan. Acaranya di rumah mba santi,  dia itu sepupuku, lulusan S2 di Universitas Negeri Semarang. Tahlilan itu sebagai wujud rasa syukur terhadap suksesnya acara pernikahannya, untuk itu dia mengundang tokoh-tokoh masyarakat hadir dirumahnya dan berdoa bersama. Saya sekedar duduk dan memperhatikan, menyimak yg dibacakan mereka, tidak mengikuti.

Ngantar sembako untuk keluarga yang baru melahirkan. Kebtulan pas kedatanganku terdapat dua keluarga yang baru saja melahirkan. Saya di ajak untuk menemani tanta mengantar bingkisan itu sambil jalan-jalan menyusuri kampong. Ternyata dua keluarga itu adalah terhitung kerabatku juga. Makanya mereka memperkenalkan dirinya ketika saya datang dan menjelaskan hubungan kekerabatan sampai ketemu dengan mbah ku.

Kebiasaan ini adalah wujud rasa saling bantu membantu sesama masyarakat wiluang. Menurutku kegiatan sosial seperti ini sangat baik dan tidak akan didapatkan di masyarakat perkotaan. Tak pandang apakah keluarga yang baru mempunyai anak  itu keluarga berada maupun tidak, semuanya tetap memberikan bingkisan kepadanya.

Ziarah kubur kakek (mbah Sadar). Hari  kedua bakda asar aku dia ajak pakde giyono untuk berziarah ke pemakaman Umum di kampong sebelah. Perjlanan ke pemakaman itu saya melewati sebuah waduk besar dan tua. Tampak pintu-pintu airnya sudah tidak berfungsi lagi karena berkarat. 

‘itu bekas peninggalan belanda nak’ kata pakdeku menjelaskan.

Owh… sahutku

Sampailah saya di pemakaman umum. Terlihat kotor dan pecek karena habis terkena banjir. Posisinya di tengah sawah sewaktu-waktu dapat terus terancam banjir. Kuburan kakekku tidak ada pengenalnya, tidak ada nama yang tertera di batu nisan, tapi pakdeku mengenalnya, karena kuburannya berdekatan dengan kerabat-kerabat kakekku yang lainnya.

“mau doa sendiri atau berjamaah nak” Tanya pakde

“sendiri-sendiri aj pakde”, 
sudah kutebak pasti bakalan kayak gini. karena saya tau kalau berdoa bareng  dengan pakde pasti ngucapin doa kampong yang ngg jelas mkna dan tujuannya. 

Ok. Aku pun berdoa sekehendak hatiku.
Allahumma Amien…

Jalan-jalan ke Menara Kudus. Hari ketiga di wilaung saya bersama sepupu jalan-jalan ke menara Kudus yang terletak di kota. Menara kudus itu adalah menara dari sebuah masjid peninggalan bersejarah sunan kudus, makanya di belakang masjid itu ada makam Sunan Kudus. Waktu itu saya berangkat hari Ahad sehingga pengunjung di menara Kudus lagi Ramai-ramainya. Tertarik untuk melihat yang dilakukan peziarah saya ikut masuk ke kompleks pemakaman. 

Terlihat pengunjung mencoba menyentuhkan tangannya di palang atas gerbang kecil masuk ke pemakaman tersebut. Entahlah apa maksudnya, saya tetap berlalu menuju makam Sunan Kudus.

Makam Sunan kudus itu ternyata tidak kelihatan, di bungkus oleh sebuah tembok berbentuk kubus (mirip ka’bah). Kuburannya terletak di tengah pendopo yang cukup besar. Para pengunjung masing-masing dengan pimpinan rombongan mencari tempat menghadap  makam tersebut. Diantara mereka ada yang bersentuhan langsung dengannya. Ada pula yang hanya kebagian di luar pendopo. 

Masing-masing rombongan melakukan ritual yang berbeda-beda, sebagianya membaca surat yasin yang telah tersedia disitu, sebagian pula berdoa. Ada juga rombongan yang posisinya pas dengan tembok makam tersebut. Berbaris menggunakan baju putih (kalau ngga salah ingat) sambil mengucapkan dizkir-dizkir aneh, hampir saya tidak memahaminya karena kerasnya mereka ucapkan. Disertai kepalanya yang ikut bergoyang.
Seperti itu kondisinya, sy tidak terburu-buru memberikan kesimpulan, yang jelas dalam pandangan sebagian besar masyarakat jika berkunjung ketempat-tempat bersejarah yang bernuansa Islami adalah untuk melakukan hal-hal demikian.

Alhamdulillah ala kulli hal

Tiga hari tinggal disitu keluargaku mulai berspekulasi, mereka kadang datang bertanya, ‘kerasan ngga nang di wiluang?’ biasanya kujawab dengan senyum. Sebenarnya saya ingin tinggal di wiluang lebih lama, agar pendengaran dan lisan ini familiar terhadap bahasa jawa. Bahkan tantaku pun mempersilahkan tinggal di rumahnya. Tapi, keinginan hanyalah keinginan, ada kebutuhan yg harus terpenuhi. deadline revisi tesis yang semakin dekat mewajibkanku harus balik ke Bogor.

Akhirnya hari senin 30 Desember 2013 saya meninggalkan demak. Tapi belum langsung ke Bogor, kebetulan tantaku mau ke Sulawesi lewat Surabaya minta di antar. Sekaligus jalan-jalan di kota itu, lagi pula saya punya sepupu disana yang belum saya kunjungi.  Alhamdulillah untuk transportasi semua ditanggungnya. 

Dua hari di Surabaya saya dan tanta menginap di Hotel, sambil menunggu jadwal pelni ke bau-bau. Saya pun telah di pesankan tiket ke Jakarta, tidak tanggung-tanggung saya di pesankan tiket kelas eksekutif. Harganya empat kali lipat dibanding biaya keberangkataanku awalnya. Alhamdulillah.

Ternyata memang benar bahwa silaturahmi meluaskan rezeki. Karena dengan silaturahmi kita akan mengetahui banyak informasi yang belum kita ketahui sebelumnya. Saya yang pada awalnya hanya bawa uang sekedarnya. Alhamdulillah pas pulang banyak keluarga yang menitipkan rezekinya kepadaku. Sehingga melebihi biaya yang kupersiapkan pada keberangkatan awal.

Bentuk rezeki itu pun bukan hnya berbentuk nominal, namun terkdang datang dalam bentuk yang lain. Bisa jadi kasih sayang, cinta, dalam suasana kekerabatan. Saya benar-benar merasakan itu, terlebih saat berpisah dengan nenek, tampak dia kesusahan menahan kesedihan perpisahan dengan kami. Kusalami dia, kucium tangannya serta merengkulnya. Insya Allah mbah kita akan ketemu lagi.

Oleh karena itu kawan, silaturahmilah dan jemput rezekimu, sesungguhnya bumi Allah itu luas, demikian pula karunianya. bersafarlah dan temukan hal yang baru dalam hidupmu. Ingat lah Allah dengan sebanyak-banyaknya. Insya Allah perjalananmu akan penuh berkah

                                                                                                                            

                                                                                                       Bogor, 4 Januari 2014

4 komentar:

  1. BARAKALLAHU FIIK. TAMU ITU MEMBAWA REZKINYA MASING-MASING. Muslim ada yg harus di edit 30 desember. bukan 30 september. jalan2 kesini muslim. ada anak hidayatullah juga disini. putra

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah ya akhil Mahbub...
      ane terbayang antum sudah seperti syaikh2

      Hapus
  2. Mantap, lim.... Waktu ke SBY, kok gak ke Malang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. padahal ane sudah SMS antum tapi ngg dibalas2, ane langsung pulang

      Hapus

terimakasih