Senin, 17 Oktober 2011

pelajaran untuk saudariku ukhty muslimah

Bahan renungan ‘Korban chating’

         Ini adalah kisah nyata yang menyedihkan. Pelakunya menulis kepada temannya dan memintanya supaya dimuat di internet agar bisa dijadikan pelajaran berharga bagi setiap gadis yang menggunakan internet. Dan kami menukilkan dari sebuah yayasan dengan memohon kepada  Allah agar ini benar-benar berguna dan menjadi pelajaran seperti keinginan dan harapan pelakunya. Inilah kisahnya.


          Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu, sobatku yang mulia setelah bismillahhirrahmanirrahim, tentu kamu tidak akan percaya terhadap apa yang telah terjadi pada diriku, dan yang kulakukan dengan kesadaran penuh, kamu satu satunya orang yang mengetahui rahasiaku. Hanya satu keinginanku di dunia ini yaitu ampunan  dari Allah, dan agar kematian menjemputku sebelum aku membunuh diriku. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan pada diriku sendiri. Keputusasa'an telah menyelimutiku, semua apa yang ada dalam diriku. Keputusanku telah menyelimutiku. Semua apa yang di depan mataku hanyalah kegelapan diatas kegelapan. Kamu akan membaca penderitaanku baris demi baris dan dan bisa jadi kamu membenciku. Aku bisa memaklumi. Namun demikianlah, aku berharap kamu mau memuat kisahku ini di internet, supaya bisa menjadi pelajaran bagi wanita pengguna internet  khususnya chatting.


       Tidak ada suatu hari pun yang  aku lewati kecuali dengan tangisan, hingga aku kehilangan penglihatan. Setiap hari aku berpikir untuk bunuh diri, berpuluh puluh kali. Hidup ini tidak lagi penting bagiku. Setiap saat aku mendambakan kematian. Seandainya aku tidak dilahirkan. Seandainya aku tidak mengenal dunia ini, seandainya aku tidak diciptakan. Apa yang aku lakukan ? aku sangat bingung, semua apa yang ada pada diriku menjadi hilang tanpa rasa dan warna. Aku telah kehilangan kekayaanku yang paling berharga. Dengan tanganku inilah aku membakar diriku dan keluargaku, aku membakar rumahku suamiku dan anak anakku. Tidak seorang pun yang bisa mengembalikan apa yang telah aku sia-siakan. Tidak seorang pun mampu untuk membantuku selama lamanya. Perkara ini telah terjadi dan menjadi stempel hitam dalam hidupku. Aku menulis kisahku ini untukmu  agar kamu menyebarluaskannya, sehingga bisa menjadi tameng dan filter bagi setiap wanita yang memakai internet. Agar kalian orang orang yang memiliki pandangan bisa mengabil pelajaran.

    Suatu hari salah seorang temanku mengajakku ke rumahnya. Dia adalah salah satu pengguna aktif internet. Dia memicu keingin tahuanku terhadap dunia ini. Dia mengajariku bagaimana menggunakan internet. Bagaimana aku membukanya dan mencari website-website yang baik dan yang buruk. Sesudah itu aku meminta suamiku untuk memasukkan internet kedalam rumah. Dia melawan permintaanku dengan menolaknya mentah-mentah. Akan tetapi aku berhasil meyakinkannya, lebih-lebih aku merasa jenuh dan kesepian. Aku tinggal jauh dari keluarga dan teman teman . aku beralasan bahwa semua teman-teman ku menggunakan internet, lalu mengapa aku tidak ? dengannya aku bisa berbincang-bincang dengan teman-teman, paling tidak lebih murah daripada pusa telepon. Karena kasihan, suamiku menyetujui permintaanku. Benar, aku mulai berbincang bincang dengan teman-temanku setiap hari. Sesudah itu suamiku tidak lagi medengar keluhan dan permintaan apapun dariku karena aku telah sibuk dengan permainan baruku. Begitu suamiku keluar rumah aku langsung melahap internet dengan rakus seperti orang gila. Berjam-jam lamanya aku menekuni internet tanpa aku bisa menyadarinya.

    Aku sering berharap suamiku pergi, padahal sesaat setelah dia pergi aku pasti merindukannya. Aku mencintai suamiku dengan cinta yang sebenarnya. Dia selalu memperhatikanku, walaupun kondisi ekonominya kurang bagus. Tanpa berlebih-lebih dia membahagiakanku dengan berbagai macam cara. Seiring dengan berjalanya waktu, aku pun semakin bergantung pada internet aku tidak lagi memikirkan orang lain. Aku lupa mengunjungi orang tuaku padahal aku selalu mengunjunginya setiap dua pekan sekali. Suamiku pulang aku selalu kelabakan. Aku langsung saja mematikan komputer. Dia pun merasa heran dengan kelakukanku. Dia tidak curiga, bahkan dia ingin melihat apa yang aku lakukan dengan internet di waktu luangnnya, dia meledekku dengan berkata “ internet itu sangat luas manfaatnya.” Dia mendorongku unutk mengerti istilah-istilah dalam dunia internet dan mencari  website-website yang  bermanfaat untuk masyarakat dan bukan hanya membuang-buang waktu. Sesudah itu aku berusaha membuatnya  merasa bahwa diriku serius. Aku ingin belajar dan mengambil manfaat serta tidak lagi chatting dengan teman-teman dan saudara-saudaraku.

    Urusan anakku kuserahkan pada pembantu. Aku tau kapan suamiku pulang, maka saat itu aku tidak menyalakan internet. Aku mulai melalaikan diriku. Sebelum suamiku pulang aku selalu berpenampilan cantik dan berpakaian rapi. Namun setelah mengenal internet, hal itu sedikit demi sedikit aku lupakan, hingga selanjutnya hilang sama sekali. Aku mencari-cari alasan. Kukatakan bahwa dia tidak memberitahukan kepulangannya atau dia pulang lebih cepat dari hari biasanya. Hari-hari berlalu dan suamiku mengetahui bahwa apa yang aku lakukan di depan internet hanya lah membuang-buang waktu saja. Tapi dia tidak terlalu memperdulikakanku karena iba melihat kesendirinaku dan jauhya aku dari keluarga. Akupun menggunakan kesempatan ini dengan baik. Setiap kali dia mencelaku dengan keteledoranku mengurus anak-anak, maka aku berpura pura menangis, air mata buaya... begitu kata mereka. Beginilah kehidupan kami selama kurang lebih enam bulan. Tidak pernah terbayang di benak suamiku bahwa aku menggunakan internet sudah sangat buruk.


     Di sela hari-hari itu aku menjalin hubungan dengan nama-nama samaran. Aku tidak tahu apakah pemiliknya laki-laki atau wanita. Aku melayani siapa-siapapun yang mengajakku chatting, sekalipun dengan laki-laki. Aku meminta bantuan dari sebagian orang yang tahu tentang komputer dan internet. Dari mereka aku telah belajar banyak, kecuali satu orang. Aku memberi perhatian lebih besar padanya, karena pengalamanya yang luas di bidang ini. Aku selalu berbincang dengannya, tanpa beban. Aku bertanya banyak persoalan, bahkan secara rutin. Aku menyukai pembicaraanya. Komentarnya bisa menghiburku. Hubunganku dengannya semakin erat, bahkan berjalan selama tiga bulan, kami memiliki banyak persamaan, dia merayuku  dengan ucapanya yang bermadu. Kata kata cinta dan rindu yang mungkin tidak seindah kenyataannya, akan tetapi setan menjadikannya indah di depan mataku

        Suatu hari dia ingin mendengar suaraku. Dia terus mendesakku. Dia mengancam akan meninggalkanku dan mengacuhkanku di chatting. Aku berusaha melawan permintaan ini, tapi aku tidak mampu. Aku tidak tahu mengapa. Akhirnya aku menyetujuinya, tapi hanya satu kali saja. Dia mau menerimanya kami menggunakan program perbincangan lewat suara. Walaupun programnya kurang bagus, tapi suaranya bagus dan ucapanya sangat menyejukkan. Dia memberiku nomor teleponnya, lalu dia meminta nomor teleponku. Aku masih ragu. Aku belum berani berbincang dengannya untuk waktu yang lama. Akau tahu bahwa setan terkutuk selalu berada di sampinggku, membuat semua itu indah di dalam diriku. Aku bergulat melawan sisa-sisa kesucian, agama dan ahklak yang kumiliki.

        Hari itu aku mulai berani berbincang dengannya melalui telepon....inilah awal dari penyipangan dalam hidupku. Aku telah terseret terlalu jauh. Aku dan dia seperti penguasa dunia chatting. Masing-masing berusaha untuk semakin dekat dengan yang lain dan memusuhi siapapun yang memusuhi dan iri kepada kami. Siapa saja yang membaca kata-kataku pasti merasa bahwa suamiku tidak mengurusiku atau sering tidak dirumah.

   Padahal justru sebaliknya, suamiku hanya pergi bekerja dan jarang pergi kerumah temannya  demi diriku. Dengan berjalannya waktu dan semakin menyatunya diriku dengan internet, dalam satu hari iaku bisa menghabiskan antara delapan sampai dua belas jam di depannya. walaupun suamiku mengeluh berkali-kali dari tagihan rekening telepon yang mencapai ribuan real, tapi dia tetap saja tidak mampu menghalangiku.

   Hubunganku dengan laki-laki itu mulai berkembang. Setelah mendengar suaraku, dia ingin melihatku. Mungkin dia telah bosan dengan suaraku. Aku tidak terlalu memperhatikan atau berusaha untuk memutuskan hubungan dengannya. aku hanya mencelanya karena itu, dan bisa jadi aku lebih penasaran melihatnya dibandingkan dia kepadaku. Akan tetapi aku berusaha untuk menutupi hal itu. Bukan karena apa-apa. Aku hanya takut aib ini terbongkar, bukannya takut kepada Allah. Bertambah hari permintaanya semakin menggebu, dia ingin melihatku sekali saja, tidak lebih. Aku memenuhi permintaanya, dengan syarat ini adalah permintaan pertama dan terakhir darinya, dan dia hanya ingin melihatku tanpa berbicara apapun. Aku yakin dan tidak pernah menduga kalau aku bakal meresponnya, setelah sebelumnya dia hampir putus asa mengharap respon dariku.

  Dia mengatakan kepadaku kebahagiaan menyeliputi dirinya. Dia khawatir kalau terjadi apa-apa denganku. Dia berjanji akan menjadi pelindungku dan tidak akan melakukan sesuatu yang aku benci. Dia menyetujui syaratku dan bersumpah hanya satu kali, tidak lebih. Benar, aku meresponya, kami berjanji bertemu di sebuah tempat dan pihak ketiganya adalah setan. Dia telah melihatku dan aku pun melihatnya, (seandainya aku tidak meihatnya dan dia tidak melihatku). Masing-masing ternyata saling mengagum, walaupun hanya sesaat, tidak lebih dari satu menit saja. Suamiku tidak buruk, tidak pendek atau gendut, akan tetapi setan telah membuatku merasakan hal itu. Aku seakan tidak pernah melihat laki-laki dalam hidupku yang lebih tampan darinya. Dia juga berkata bahwa dirinya selama ini berchatting dengan wanita sepertiku. Dia mengatakan bahwa kecantikanku telah menawannya, dia mengatakan bahwa dirinya telah tergila-gila kepadaku. Dia mengatakan bahwa dirinya akan bunuh diri jika harus kehilangan diriku. “seandainya aku tidak melihatmu,” katanya. Aku semakin besar kepala. Aku melihat diriku lebih cantik dari sebelumnya, bahkan sebelum aku menikah.

   Ini adalah awal dari segala galanya, wahai saudara saudariku dia belum mengetahui kalau aku adalah seorang istri sekaligus ibu. Dia mengetahui bagaimana memanfaatkan kelemahanku sebagai wanita, setan membantunya, bahkan mungkin menggiringnya. Sesudah itu dia ingin melihatku untuk yang kedua kalinya, aku menolak dengan berbagai alasan. Aku ingatkan dengan janjinya, untuk hanya melihatku sekali saja. Bahkan aku harus berterus terang kalau diriku telah menikah, tidak mungkin melihatnya, dan hubungan ini hendaknya sebatas internet saja. Dia tidak percaya dan berkata “tidak mungkin kamu telah menikah dan mempunyai anak.” Dia juga mengatakan,”kamu seperti bidadari yang harus dilindungi...kamu seperti malaikat yg semestinya tidak boleh dijamah. Begitulah, aku jadi tergila-gila mendengar suara dan sanjungannya. Akhirnya aku membenci suamiku yang tidak kenal istrahat demi membahagiakan kami dan memenuhi kebutuhan kami. Jika temanku itu tidak hadir satu atau dua hari, maka aku merasa pusing karenanya.

     Aku cemburu jika dia bicara atau diajak bicara oleh seseorang di chatting. Aku tidak tahu apa yang menimpaku, aku hanya ingin menginginkannya, lebih dan lebih. Dia merasakan itu dan mengetahui bagaimana memanfaatkan itu sampai akhirnya dia berhasil melihatku kembali. Setiap hari dia ingin melihatku, sementara aku berdalih bahwa aku telah menikah. Dia berkata apa yang bisa kita lakukan ?

        Apakah kita begini terus lalu mati karena kesedihan ?
Mungkinkah kita bisa saling mencintai, sementara untuk saling mendekati saja tidak bisa? Harus ada jalan keluar. Kita harus berkumpul. Kita harus berada di bawah satu atap.”

       Tidak ada suatu cara kecuali dia pasti menggunakanya dan aku pun menolaknya dan terus menolaknya. Hingga tibalah hari dimana itu ketika ia berkata bahwa ia akan menikahiku. Dan memintaku untuk bercerai dengan suamiku, agar dia bisa menikah denganku. Jika aku menolaknya maka mungkin dia mati  atau dia gila atau membunuh suamiku, sebenarnya-walaupun aku sangat takut, akupun mendapatkan sesuatu dalam diriku yang mendorongku kepadanya. Pemikiran itu menarik bagiku. Setiap kali dia berbicara denganku aku menggigil. Gigiku terkatub kuat seolah-olah melawan rasa dingin dalam jiwaku. Aku sering bingung. Aku sekarang merasa seperti tawanan suamiku. Sepertinya akulah satu-satunya wanita yang hidup di dunia ini. Aku mengenal cinta.

  Ketika dia mengetahui dengan pasti kadar cintaku kepadanya dan bahwa ia telah menguasai diriku dan perasaanku, maka dia menawarkan kepadaku untuk mencari masalah-masalah dengan suamiku dan membesar-besarkannya hingga ia mau menceraikanku. Tawarannya ini tidak terlintas di benakku. Sepertinya ini memang satu-satunya jalan keluar bagi problem khayalanku. Dia berjanji akan menikahiku setelah aku bercerai dengan suamiku. Dan akan menjadi apapun dalam hidupku dan menjadikanku bahagia sepanjang hayatku. Aku memang tidak mudah begitu saja mempercayai ucapanya, akan tetapi janji nikah yang di ucapkannya  terus terngiang didalam benakku. benar Aku mulai dengan sengaja membuat masalah dengan suamiku, hingga aku bisa membuatnya benci kepadaku lalu menceraikanku. Suamiku  tidak tahan dengan masalah masalah yang sepele yag aku sulap menjadi masalah yang paling besar di muka bumi. Suamiku mulai keluar rumah untuk waktu yang lama. Pulang hanya waktu tidur saja. Kami menjalani kehidupan seperti ini selama beberapa pekan  dan aku masih terus sengaja membuat masalah. Bahkan masalah itu sudah aku rekayasa sebelumnya.

   Adapun laki-laki itu, maka dia mengaku telah bosan menunggu. Dia ngotot ingin melihatku, karena suamiku tidak mungkin menceraikan ku seperti itu. Dia ingin melihatku jika tidak ? pada waktu itu aku menyetujui tanpa ragu sedikitpun. Sepertinya iblis telah menjelma menjadi diriku dan mengambil keputusan atas namaku. Aku meminta waktu untuk mengatur strategi. Pada  hari rabu 12 Muharram 1421 H, suamiku memberitahuku kalau bahwa dia akan keluar kota selama 5 hari untuk tugas kantor. Aku merasa inilah peluang emas. Suamiku ingin memulangkanku kerumah orang tuaku , agar aku bisa beristrahat dari problem-problem (yang aku rekayasa). Kali ini aku tampak seolah olah tak tertekan oleh problem-problem itu. Maka aku menolak pulang kerumah orang tuaku dengan berbagai alasan. Yang penting aku tetap di rumah saumiku. Terpaksa dia menyetujui, dan dia pun pergi pada hari jumat. Aku bangun dari tidur aku membuka chatting dan menutupnya kembali untuk tidur.

    Hari ahad adalah hari yang telah kami sepakati untuk bertemu. Aku mengontak laki-laki teman chattingku itu. Mengatakan bahwa aku siap untuk keluar bersamanya. Aku menyadari  bahwa apa yang timbul dari perbuatanku ini. Akan tetapi urusannya terasa lancar- lancar saja, tanpa ada sedikitpun ada rasa takut seperti pertama kali aku melihatnya.

            Aku keluar bersamanya. Aku telah menjual diriku. Aku keluar bersamanya karena terdorong keinginan untuk lebih mengenalnya dari dekat. Kami sepakat dan dia datang tepat waktu. Aku masuk mobilnya, kemudian melaju membelah jalanan. Aku tidak merasakan apa-apa juga tidak merasa nyaman. Inilah pertama kali aku berada dalam satu mobil dengan seorang laki-laki yang tidak ada hubungannya apapun denganku, hanya perkenalan selama tujuh bulan (itupun lewat dunia maya). Dia pun tampak tak nyaman sepertiku. Aku memulai pembicaraan, “aku tidak bisa keluar lama, aku khawatir suamiku akan menghubungiku atau terjadi sesuatu.” Dengan sedikit ragu dia menjawab,”jika ia mengetahuimu dia akan maka sia akan menceraikanmu dan kamu akan terbebas darinya”. Jawaban dan tekanan suaranya tidak menarik hatiku, kecemasanku semakin bertambah, kemudian aku bertanya padanya,” kita jangan pergi jauh-jauh, aku tidak mau pulang terlambat.” Dia menjawab,” kamu akan sedikit terlambat.” Karena aku tidak mungkin dengan mudah melepaskanmu. Aku ingin membuat kedua mataku ini bosan darimu. Karena bisa saja setelah ini aku tidak memilik kesempatan lagi untuk melihatmu.” Begitulah dia berbicara, kemudian dia mengambil arah romansia. Aku tidak tahu berapa lama kami berada dalam situasi demikian, sampai aku tidak mengenal jalan yang dia lalui. Tiba-tiba aku berada di tempat asing. Gelap, seperti tempat peristrahatan atau kebun. Aku mulai berteriak,”tempat apa ini ? kemana kamu akan membawaku ?”

      Hanya beberapa detik, mobil itu pun berhenti. Seorang laki-laki membuka pintu di sampingku dan menarikku keluar dari mobil dengan kuat. Semuanya seperti halilintar. Aku menangis, berteriak meminta belas kasihan mereka. Aku tidak mengeti apa yang mereka katakan, aku tidak mengerti apa yang terjadi di dekelilingku. Aku merasa sebuah telapak tangan mampir di wajahku dengan keras dan kudengar suara teriakan. Dia menggoncanggku dengan sangat kuat. Aku kehilangan kesadaran sesudahnya karena ketakutan yang mendalam. Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan kepadaku, siapa mereka dan berapa orang ?

       Aku melihat dua orang. Semuanya serba cepat, secepat kilat. Aku tidak tahu diriku kecuali sudah terlentang di sebuah ruangan dalam keadaan setengah telanjang. Pakaianku terkoyak. Aku berteriak, menangis dengan tubuh yang kotor. Beberapa detik kemudian seorang serigala masuk sambil tertawa. Aku memohon kepadanya,” demi Allah, lepaskan aku, aku ingin pulang.” Dia menjawab,” kamu akan pulang , tapi kamu harus berjanji untuk tidak menceritakan hal ini kepada siapa pun. Jika tidak maka kamu akan jadi aib besar bagi keluargamu. Dan jika kamu memberitahukan siapa aku atau kamu melapor, maka balasannya akan menimpa anak-anakmu.” Aku berkata aku hanya ingin pulang dan tidak akan memberitahukan hal ini kepada siapapun.” Aku sangat takut. Tubuhku mengigil dan aku terus menangis. Inilah yang aku ingat dari peristiwa itu.

       Aku tidak tahu apa-apa lagi kecuali rentang waktu yang aku butuhkan sejak aku kembali, yaitu kurang lebih empat jam. Mereka menutup kedua mataku dan membawaku ke mobil. Mereka membuangku di dekat rumahku. Dalam kondisi itu ....untung tidak ada yang melihatku, dengan cepat aku masuk kedalam rumah. Aku menangis dan menangis sampai kering air mata ini sesudah itu aku menyadari kalau mereka telah memperkosaku karena pendarahan terjadi padaku. Aku masih belum bisa percaya dengan apa yang menimpaku. Aku tidak pernah keluar kamar. Tidak bisa melihat anak-anakku. Dan tidak ada satupun yang masuk kedalam mulutku, alangkah celakanya diriku, sungguh aku telah pergi ke neraka dengan kedua kakiku sendiri. Bagamana keadaanku setelah peristiwa ini? Aku membenci diriku dan mencoba bunuh diri. Aku takut aib ini terbongkar, aku takut menghadapi suamiku.
            Jangan menanyakan anak-anakku. Sejak peristiwa itu, aku tidak lagi mengenal mereka, aku tidak merasakan keberadaan mereka, juga orang-orang di sekelilinggku. Ketika suamiku pulang, dia merasakan perubahan yang tidak pernah dia dapatkan sebelumnya. Kondisiku memburuk. Dengan cepat dia membawaku kerumah sakit. Alhamdulillah mereka tidak memeriksa diriku secara detail. Mereka menyatakan bahwa kondisiku melemah akibat asupan makanan yang kurang, tidak lebih. Aku meminta suamiku untuk memulangkanku kerumah orang tuaku secepat mungkin. Aku sering menangis, sementara keuargaku tidak mengerti apapun. Mereka hanya mengira terjadi masalah antara aku dan suamiku. Aku lihat ayahku berbicara dengan suamiku, dia tidak mendapatkan hasil apa-apa karena suamiku tidak tahu apa-apa, tidak seorangpun mengetahui apa yang menimpaku. Bahkan keluargaku membawa aku ke orang pintar untuk diruqyah, karena mereka mengira aku diganggu oleh makhluk halus. Aku tidak pantas mendampingi suamiku, sering aku meminta talak kepadanya. Kalau dulu aku memintanya untuk diriku, akan tetapi sekarang aku memintanya demi suamiku, ayahku dan anak-anakku. Aku tidak pantas hidup dikalangan orang-orang yang baik. Semua yang terjadi pada diriku di sebabkan oleh diriku sendiri.
            Dengan kedua tanganku sendiri aku telah menggali kuburku sendiri. Dan laki-laki teman chattingku itu hanyalah pemburu wanita yag masuk ke dunia ini. Semua yang membaca kisah ini pasti akan mengatakan diriku ini bodoh dan dungu. Aku berharap apa yang menimpaku tidak menimpa ini tidak menimpa orang lain. Aku berharap suamiku yang tidak tahu apa-apa ini, mau memaafkanku. Begitu pula anak-anaku. Akulah bianga keroknya akulah penyebabnya. Kepada Allah aku memohon agar mengampuni dosaku dan memaafkan kesalahan kesalahanku.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih