Percaya atau tidak percaya orang
Indonesia memiliki kreatifitas tinggi. Saking kreatifnya, kreatifitas orang
indonesia akan susah kita temukan di negera-negara manapun di dunia.
Tepatnya pada kamis 7 maret 2013,
setelah memastikan semua tugas-tugas pribadi perkuliahan sudah beres,
berangkatlah aku ke bekasi. Kali ini ku berniat untuk bersilaturahmi ke tempat
sahabat ‘08’ku. ya.. dia adalah salah satu teman seangkatanku yang Allah
menghendaki dia belum bisa menyelesaikan kuliahnya di STIS kemarin.
Perjalanan dari bogor ke bekasi membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam. Tidak terlalu jauh juga untuk dikatakan sebagai musafir (dalam padangan sebagian orang). Tapi kuberijtihad untuk menjamak shalat asar di waktu dzuhur, coz aku orang baru untuk rute bogor ke bekasi dan harus Tanya sana Tanya sini dulu. (bukankah Allah senang jika seorang hamba mengambil rukhsah yang Allah berikan…?). Berangkatlah aku meninggalkan kampus Ibnu Kholdun menuju terminal ‘barang siang’ tempat berkumpulnya bus-bus bogor menuju ke berbagai daerah Jakarta dan sekitarnya. Bismillah, sebuah mini bus (orang-orang menyebutnya bus ‘pusaka’) mengatarku menuju terminal tersebut.
di bagian depan tersisa satu
bangku kosong, dengan sigap kulangsung menyergapnya. Suatu keadaan yang sangat
jarang kudapatkan ada bangku kosong bus menuju terminal tersebut, biasanya aku
harus berjibaku, berdiri sepanjang perjalanan, berdempet-dempetan, sambil
mewaspasai ada tangan-tangan jahil yang datang dari arah yang tidak
disangka-sangka, siap menjadikan korbannya menjadi orang yang paling sial hari
itu.
Orang Indonesia itu kreatif…
Satu hal yang sangat berbeda
antara kondisi yang kudapatkan di Balikpapan, dengan kota bogor tempatku sekarang. Adalah dalam hal ketertiban kota.
Ku masih ingat ketika di Balikpapan kemarin, pada zebra cros tertera tulisan,
“menyebrang disini anda di lindungi undang-undang”. Sehingga para pengguna
zebra cros dengan aman bisa menyebrang, begitupun pengendara mobil dan motor,
tampak sangat hati-hati ketika dihadapan mereka ada zebra cros terlebih lagi
kalau yang menyebrang anak sekolah…
Sangat berbeda dengan kondisi kota bogor,
terserah mau menyebrang lewat zebra cros kah atau lewat manakah, kita akan
kesusahan untuk bisa menyebrang. Selain karena jalanya yang luas, banyaknya
pengguna jalan, juga karena egoisme yang tinggi para pengendara mobil dan motor
(hal ini mungkin karena mereka memburu waktu kerja, dan harus seperti itu lw
ngg mau kejebak macet). Sampai-sampai Ibnu kholdun mesti menyiapkan ‘pak satpam’ untuk membantu menyebrang
mahasiswi-mahasiswinya. Giliran pak satpam ngg ada, terkadang aku harus
membantu para muslimah, aktifis-aktifis islam kampus, (aku lebih senang
menyebut mereka ‘akhwat sunda’) untuk menyebrang. Hehe… (pas kebetulan mau
nyebrang juga, biasanya tanpa instruksi mereka ngekor dibelakang ikhwan atau bapak2 yang nyebrang).
Memanfaatkan ke’egoisan
pengendara, para preman berinisiatif untuk mengatur kendaraan yang akan memutar
arah ditiap potongan jalan dari jalan yang panjang dan searah di jalan-jalan kota, biasanya tiap mobil yang memutar
arah memberikan mereka selebaran uang, ada yang dengan senang hati, ada juga yang
memberinya karena terpaksa. Terkadang mereka itu lebih rajin dan lebih lihai
mengatur arus lalu lintas dibandingkan polantas. Mereka itu ‘polantas terpaksa’ di kota bogor, yang jumlahnya sangat
banyak, menjamur ditiap persimpangan jalan-jalan kota.
***
Bus ‘agramas’ namanya, mengantarku
berangkat menuju kota bekasi, warnanya merah, mampu memuat 50 an
penumpang, dengan 17 rb sudah bisa mendapatkan satu karcis untuk sekali
perjalanan, sayangnya menggunakan ac alami, Sangat ‘hangat’ dan pengap ketika
belum jalan, dan ketika sedang menunggu penumpang lainya.
Orang Indonesia itu kreatif…
Satu hal yang paling tidak
kusukai ketika di bus adalah pengamen. Bagaimana tidak, ketika orang-orang
sedang berpadat-padat dan berpanas-panasnya, tiba-tiba mereka datang untuk menghibur penumpang. bukannya menghibur malah menambah suasana menjadi
tak karuan, (perasaanku, adapun orang lain wallahu a’lam) belum lagi suaranya
yang fals, ditambah tidak pintarnya pengamen dalam memilih lagu untuk
suasana siang hari seperti itu.
Belum juga dia memulai lagunya,
dalam hatiku berbisik, “tidak akan kuberikan kau sepeserpun wahai pengamen”
hehe… bukannya aku kikir, tapi karena keyakinanku tentang hadits yang diriwayat
oleh imam bukhari tentang haramnya alat musik. (walaupun mungkin dalam hal ini
terjadi khilaf antara para ulama), kedua, dengan memberikan mereka
berarti aku ridho terhadap perbuatan mereka dan mencederai pemahamanku. Ketiga,
memberi mereka sepeser saja berarti kita berperan dalam mengembangkan kuantitas
pengamen, sebab semakin banyak pendapatan mereka dari ngamen, semakin
memotivasi mereka untuk ngamen lebih tinggi.
Selesai pengamen tersebut
mendendangkan lagunya, sambil membawa sebuah bungkusan dia berjalan dari ujung
ke ujung untuk mendapatkan recehan.
Dan aku masih tetap pada
pendirianku…
***
Sesudah kurang lebih dua jam
perjalanan, akhirnya bus yang ku tumpangi memasuki kota bekasi, tujuan bus
tersebut adalah terminal cikarang. Beberapa penumpang memilih turun duluan
sebelum akhirnya sampai ke terminal, termasuk aku yang turun di salah satu
pertigaan, depan perusahaan industri baja. Sambil menunggu sahabat ‘08’ datang
menjemput, kusempat diri untuk istrahat. Sambil meminum jus melon, yang baru
saja ku pesan dari pedagang yang lima kakinya itu J.
Orang indonesia itu kreatif…
Disaat ku sedang asik-asiknya minum
jus, dari arah kejauhan, pendengaranku kembali mendengar suara musik dari arah
sebelah kiriku. Awalnya ku kira suara itu berasal dari penjual kaset yg biasa
menyetel musik dengan keras-keras, sampai akhirnya suara itu makin dekat, dan
makin besar, tiba-tiba muncul pas didepan ku sosok… ah.. sangat menjijikan… seseorang berkulit agak
gelap (karena panas matahari), berambut panjang, berpakaian ketat ‘you can see’
sambil membawa sebuah speaker aktif, ternyata suara musik itu berasal dari
speaker yang ditentengnya itu. Dan makin mendekat kepadaku, sambil
berjoget dan (mohon maaf)
menggoyang-goyang kan dadanya didepanku. Aku jadi serba salah, kutundukan pandaganku
sambil menahan rasa jijik dan menahan rasa ingin ketawa, dan hampir saja
tertawa itu lepas, sampai akhirnya dia pergi dari hadapanku karena aku tidak
merespon sodoran kalengnya untuk diisi.
Dan aku masih tetap dalam pendirianku.
Yang membuatku jijik, karena
tubuhnya yang penuh dengan peluh, pakaiannya yang berdebu, setelah mungkin
berkeliling dalam suasana terik matahari.
Yang membuatku hampir tertawa,
seseksi dan secantik apapun dia berdandan tetap ketahuan bahwa dia itu bukan
berasal dari kaum hawa, dia itu ‘bencong calabai’, (meminjam istilah ust
das’ad) dari wajahnya, suaranya, kemudian adam’s apel yang tak bisa disembunyikan
di tenggorokannya. Menunjukan bahwa dia itu adalah seorang laki-laki. Lw saja aku
sampai ketawa barangkali sikap aslinya akan muncul karena tersinggung oleh
sikap ketawa ku. Hehe
Suatu fenomena sosial pertama yang kudapat di kota bekasi, yang tidak kudapatkan di Balikpapan dan di bogor.
***
Akhirnya sahabatku datang, mengendarai
sebuah sepeda motor. Aku melihatnya, dia pun melihatku, sambil senyum dan
bersalaman, terus dia berkata, “antm mkin kurus aja” padahal kukira aku sudah
bertambah gemuk. Ku balas sapaannya, “lw antm makin tambah gagah ja” dia
tersenyum. Selanjutnya kami berangkat
menuju kampus tahfiz Hidayatullah Bekasi.
Satu hal yang membuatku sedikit
heran dan terharu, ketika kuperhatikan jaket yang digunakannya saat ku dibonceng
di belakang.
“akhy, jaket ini
jaket persatuan kita yang tiga tahun lalu?”
jaket itu bertuliskan sekolah
tinggi ilmu syari’ah dalam bahasa arab yang dibuat tahun kedua aku di stis.
“bukan, jaket kita yang dulu itu sudah rusak,
bersamaan dengan kecelakaan yang menimpaku beberapa waktu yang lalu”.
“antum habis
kecelakaan?” tanyaku lebih serius,
“iya, sempat
tidak sadarkan diri beberapa hari di rumah sakit, biasalah anak muda lw lagi
bawa motor, jaket kita dulu ikut rusak karena melindungi kulitku,” inalillah,
ya Allah aku berlindung kepadamu dari terkena musibah seperti itu.
“terus jaket
yang kelihatan baru ini?” tanyaku bernada menyelidik. “ini ku pesan sendiri di
tukang jahit, karena hanya sendiri jadi agak mahal, sekitar 200 rb an.”
Aku terharu kepadanya. dia mau bersusah-susah dan 'bermahal-mahal' untuk sebuah jaket bertuliskan stis. artinya masih ada rasa hormat dalam hatinya kepada sekolah tinggi pertama tempatnya belajar. padahal menurutku secara psikologi dia sangat berhak untuk mencela stis, disaat teman-teman lain yang senasib denganya melakukan itu. (padahal, sedikit banyaknya, stis pasti sudah memberikan kebaikan kepada
mereka) Bahkan hal itu juga dilakukan
oleh beberapa oknum alumni, yang tidak puas terhadap stis. seolah-olah ada rasa penyesalan dalam diri mereka telah kuliah di Hidayatullah. Sahabat 08 ku ini
walaupun ngg sempat lulus, dengan bangganya memakai jaket bertuliskan stis. Hal
sederhana ini muncul dari wujud rasa bangga dan cintanya, namanya pernah terdaftar di stis. dan seharusnya seperti itulah akhlak seorang santri kepada lembaga yang telah membesarkannya. (walaupun tidak mesti menghormatinya dengan sesuatu yang bersifat simbolis)
Walaupun jalan yang Allah berikan
lain, namun itu adalah jalan yang terbaik baginya yang dikehendaki Allah. Dan Alhamdulillah
sekarang sahabatku itu sedang menyelesaikan penulisan skripsinya disalah satu
perguruan tinggi di kota bekasi. Semoga dia diberikan kemudahan oleh Allah
dalam menyelesaikan kuliahnya.
Di sebuah rumah dari perumahan
elit itu, pondok tahfidz berdiri. Disitulah aku dan sahabatku bermalam ditemani
‘anak-anak dunia’ para santri tahfidzul qur’an.
antara kere aktif kreaktif sama kreaktif persamaanya sama2 aktif bedanya pd status sosialnya ya ^_^
BalasHapus