Minggu, 10 Maret 2013

orang Indonesia itu 'kere-aktif' (catatanku dalam perjalanan bogor - bekasi)


Percaya atau tidak percaya orang Indonesia memiliki kreatifitas tinggi. Saking kreatifnya, kreatifitas orang indonesia akan susah kita temukan di negera-negara manapun di dunia.

Tepatnya pada kamis 7 maret 2013, setelah memastikan semua tugas-tugas pribadi perkuliahan sudah beres, berangkatlah aku ke bekasi. Kali ini ku berniat untuk bersilaturahmi ke tempat sahabat ‘08’ku. ya.. dia adalah salah satu teman seangkatanku yang Allah menghendaki dia belum bisa menyelesaikan kuliahnya di STIS kemarin. 


Perjalanan dari bogor ke bekasi membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam. Tidak terlalu jauh juga untuk dikatakan sebagai musafir (dalam padangan sebagian orang). Tapi kuberijtihad untuk menjamak shalat asar di waktu dzuhur, coz aku orang baru untuk rute bogor ke bekasi dan harus Tanya sana Tanya sini dulu. (bukankah Allah senang jika seorang hamba mengambil rukhsah yang Allah berikan…?). Berangkatlah aku meninggalkan kampus Ibnu Kholdun menuju terminal ‘barang siang’ tempat berkumpulnya bus-bus bogor menuju ke berbagai daerah Jakarta dan sekitarnya. Bismillah, sebuah mini bus (orang-orang menyebutnya bus ‘pusaka’) mengatarku menuju terminal tersebut.

di bagian depan tersisa satu bangku kosong, dengan sigap kulangsung menyergapnya. Suatu keadaan yang sangat jarang kudapatkan ada bangku kosong bus menuju terminal tersebut, biasanya aku harus berjibaku, berdiri sepanjang perjalanan, berdempet-dempetan, sambil mewaspasai ada tangan-tangan jahil yang datang dari arah yang tidak disangka-sangka, siap menjadikan korbannya menjadi orang yang paling sial hari itu.

Orang Indonesia itu kreatif…

Satu hal yang sangat berbeda antara kondisi yang kudapatkan di Balikpapan, dengan kota bogor tempatku sekarang. Adalah dalam hal ketertiban kota. Ku masih ingat ketika di Balikpapan kemarin, pada zebra cros tertera tulisan, “menyebrang disini anda di lindungi undang-undang”. Sehingga para pengguna zebra cros dengan aman bisa menyebrang, begitupun pengendara mobil dan motor, tampak sangat hati-hati ketika dihadapan mereka ada zebra cros terlebih lagi kalau yang menyebrang anak sekolah… 

Sangat berbeda dengan kondisi kota bogor, terserah mau menyebrang lewat zebra cros kah atau lewat manakah, kita akan kesusahan untuk bisa menyebrang. Selain karena jalanya yang luas, banyaknya pengguna jalan, juga karena egoisme yang tinggi para pengendara mobil dan motor (hal ini mungkin karena mereka memburu waktu kerja, dan harus seperti itu lw ngg mau kejebak macet).  Sampai-sampai Ibnu kholdun mesti menyiapkan ‘pak satpam’ untuk membantu menyebrang mahasiswi-mahasiswinya. Giliran pak satpam ngg ada, terkadang aku harus membantu para muslimah, aktifis-aktifis islam kampus, (aku lebih senang menyebut mereka ‘akhwat sunda’) untuk menyebrang. Hehe… (pas kebetulan mau nyebrang juga, biasanya tanpa instruksi mereka ngekor dibelakang  ikhwan atau bapak2 yang nyebrang).

Memanfaatkan ke’egoisan pengendara, para preman berinisiatif untuk mengatur kendaraan yang akan memutar arah ditiap potongan jalan dari jalan yang panjang dan searah di jalan-jalan kota, biasanya tiap mobil yang memutar arah memberikan mereka selebaran uang, ada yang dengan senang hati, ada juga yang memberinya karena terpaksa. Terkadang mereka itu lebih rajin dan lebih lihai mengatur arus lalu lintas dibandingkan polantas. Mereka itu ‘polantas  terpaksa’ di kota bogor, yang jumlahnya sangat banyak, menjamur ditiap persimpangan jalan-jalan kota.
***
Bus ‘agramas’ namanya, mengantarku berangkat menuju kota bekasi, warnanya merah, mampu memuat 50 an penumpang, dengan 17 rb sudah bisa mendapatkan satu karcis untuk sekali perjalanan, sayangnya menggunakan ac alami, Sangat ‘hangat’ dan pengap ketika belum jalan, dan ketika sedang menunggu penumpang  lainya.

Orang Indonesia itu kreatif…

Satu hal yang paling tidak kusukai ketika di bus adalah pengamen. Bagaimana tidak, ketika orang-orang sedang berpadat-padat dan berpanas-panasnya, tiba-tiba mereka datang untuk menghibur penumpang. bukannya menghibur malah menambah suasana menjadi tak karuan, (perasaanku, adapun orang lain wallahu a’lam) belum lagi suaranya yang fals, ditambah tidak pintarnya pengamen dalam memilih lagu untuk suasana siang hari seperti itu.
Belum juga dia memulai lagunya, dalam hatiku berbisik, “tidak akan kuberikan kau sepeserpun wahai pengamen” hehe… bukannya aku kikir, tapi karena keyakinanku tentang hadits yang diriwayat oleh imam bukhari tentang haramnya alat musik. (walaupun mungkin dalam hal ini terjadi khilaf antara para ulama), kedua, dengan memberikan mereka berarti aku ridho terhadap perbuatan mereka dan mencederai pemahamanku. Ketiga, memberi mereka sepeser saja berarti kita berperan dalam mengembangkan kuantitas pengamen, sebab semakin banyak pendapatan mereka dari ngamen, semakin memotivasi mereka untuk ngamen lebih tinggi.

Selesai pengamen tersebut mendendangkan lagunya, sambil membawa sebuah bungkusan dia berjalan dari ujung ke ujung untuk mendapatkan recehan.
Dan aku masih tetap pada pendirianku…
***
Sesudah kurang lebih dua jam perjalanan, akhirnya bus yang ku tumpangi memasuki kota bekasi, tujuan bus tersebut adalah terminal cikarang. Beberapa penumpang memilih turun duluan sebelum akhirnya sampai ke terminal, termasuk aku yang turun di salah satu pertigaan, depan perusahaan industri baja. Sambil menunggu sahabat ‘08’ datang menjemput, kusempat diri untuk istrahat. Sambil meminum jus melon, yang baru saja ku pesan dari pedagang yang lima kakinya itu J.

Orang indonesia itu kreatif…

Disaat ku sedang asik-asiknya minum jus, dari arah kejauhan, pendengaranku kembali mendengar suara musik dari arah sebelah kiriku. Awalnya ku kira suara itu berasal dari penjual kaset yg biasa menyetel musik dengan keras-keras, sampai akhirnya suara itu makin dekat, dan makin besar, tiba-tiba muncul pas didepan ku sosok… ah..  sangat menjijikan… seseorang berkulit agak gelap (karena panas matahari), berambut panjang, berpakaian ketat ‘you can see’ sambil membawa sebuah speaker aktif, ternyata suara musik itu berasal dari speaker yang ditentengnya itu. Dan makin mendekat kepadaku, sambil berjoget  dan (mohon maaf) menggoyang-goyang kan dadanya didepanku. Aku jadi serba salah, kutundukan pandaganku sambil menahan rasa jijik dan menahan rasa ingin ketawa, dan hampir saja tertawa itu lepas, sampai akhirnya dia pergi dari hadapanku karena aku tidak merespon sodoran kalengnya untuk diisi. 
Dan aku masih tetap dalam pendirianku.

Yang membuatku jijik, karena tubuhnya yang penuh dengan peluh, pakaiannya yang berdebu, setelah mungkin berkeliling dalam suasana terik matahari. 

Yang membuatku hampir tertawa, seseksi dan secantik apapun dia berdandan tetap ketahuan bahwa dia itu bukan berasal dari kaum hawa, dia itu ‘bencong calabai’, (meminjam istilah ust das’ad) dari wajahnya, suaranya, kemudian adam’s apel yang tak bisa disembunyikan di tenggorokannya. Menunjukan bahwa dia itu adalah seorang laki-laki. Lw saja aku sampai ketawa barangkali sikap aslinya akan muncul karena tersinggung oleh sikap ketawa ku. Hehe

Suatu fenomena sosial pertama yang kudapat di kota bekasi, yang tidak kudapatkan di Balikpapan dan di bogor.
***

Akhirnya sahabatku datang, mengendarai sebuah sepeda motor. Aku melihatnya, dia pun melihatku, sambil senyum dan bersalaman, terus dia berkata, “antm mkin kurus aja” padahal kukira aku sudah bertambah gemuk. Ku balas sapaannya, “lw antm makin tambah gagah ja” dia tersenyum. Selanjutnya  kami berangkat menuju kampus tahfiz Hidayatullah Bekasi.

Satu hal yang membuatku sedikit heran dan terharu, ketika kuperhatikan jaket yang digunakannya saat ku dibonceng di belakang.
“akhy, jaket ini jaket persatuan kita yang tiga tahun lalu?”
jaket itu bertuliskan sekolah tinggi ilmu syari’ah dalam bahasa arab yang dibuat tahun kedua aku di stis.
 “bukan, jaket kita yang dulu itu sudah rusak, bersamaan dengan kecelakaan yang menimpaku beberapa waktu yang lalu”.
“antum habis kecelakaan?” tanyaku lebih serius,
“iya, sempat tidak sadarkan diri beberapa hari di rumah sakit, biasalah anak muda lw lagi bawa motor, jaket kita dulu ikut rusak karena melindungi kulitku,” inalillah, ya Allah aku berlindung kepadamu dari terkena musibah seperti itu. 
“terus jaket yang kelihatan baru ini?” tanyaku bernada menyelidik. “ini ku pesan sendiri di tukang jahit, karena hanya sendiri jadi agak mahal, sekitar 200 rb an.”

Aku terharu kepadanya. dia mau bersusah-susah dan 'bermahal-mahal' untuk sebuah jaket bertuliskan stis.  artinya masih ada rasa hormat dalam hatinya kepada sekolah tinggi pertama tempatnya belajar. padahal menurutku secara psikologi dia sangat berhak untuk mencela stis, disaat teman-teman lain yang senasib denganya melakukan itu. (padahal, sedikit banyaknya, stis pasti sudah memberikan kebaikan kepada mereka) Bahkan  hal itu juga dilakukan oleh beberapa oknum alumni, yang tidak puas terhadap stis. seolah-olah ada rasa penyesalan dalam diri mereka telah kuliah di Hidayatullah. Sahabat 08 ku ini walaupun ngg sempat lulus, dengan bangganya memakai jaket bertuliskan stis. Hal sederhana ini muncul dari wujud rasa bangga dan cintanya, namanya pernah terdaftar di stis. dan seharusnya seperti itulah akhlak seorang santri kepada lembaga yang telah membesarkannya. (walaupun tidak mesti menghormatinya dengan sesuatu yang bersifat simbolis) 

Walaupun jalan yang Allah berikan lain, namun itu adalah jalan yang terbaik baginya yang dikehendaki Allah. Dan Alhamdulillah sekarang sahabatku itu sedang menyelesaikan penulisan skripsinya disalah satu perguruan tinggi di kota bekasi. Semoga dia diberikan kemudahan oleh Allah dalam menyelesaikan kuliahnya.

Di sebuah rumah dari perumahan elit itu, pondok tahfidz berdiri. Disitulah aku dan sahabatku bermalam ditemani ‘anak-anak dunia’ para santri tahfidzul qur’an.

1 komentar:

  1. antara kere aktif kreaktif sama kreaktif persamaanya sama2 aktif bedanya pd status sosialnya ya ^_^

    BalasHapus

terimakasih