Infus, suntik, perban, berbagai
macam model orang sakit, berbagai macam obat, akhirnya kembali terlihat olehku,
setelah beberapa tahun yang lalu saat menemani paman yang tergolek di rumah
sakit, dan menjadi saksi kegagalan dokter untuk menyelamatkannya nyawanya.
Juga pada Februari 2012 kemarin,
ketika motor yang kubawa harus serempatan dengan motor lain. aku harus
merelakan ibu dokter mengotak-atik kakiku dengan suntik dan jahitan, dan sampai sekarang masih berbekas luka yg
membelah antara jari tengah dan jari manis di kakiku, sekitar 7 jahitan, saya
sempat berjalan timpang, pincang, beberapa pekan.
Sekitar 3 bulan lalu, saat kami
berpagi-pagi di kampus, saat aku duduk
dibagian tengah, dari ruang kuliah yang membentuk huruf U, hari itu adalah waktu prensentasi makalah.
Sedang asik-asik duduk,tiba-tiba kursi
disampingku jatuh, bersama teman yang mendudukinya, jatuh kebelakang, dan kepala
temanku adalah yang pertama menyentuh lantai. Kami kaget, dan ketawa lucu,
pagi-pagi yang segar seperti ini kenapa bisa sampai tertidur. sampai tertawa
kami terhenti saat temanku ini tidak kunjung bangkit, dan mengeluarkan suara
kesakitan. Ternyata dia setengah pingsan, disertai rintihan menahan rasa sakit.
Kami mengangkat tubuhnya, memindahkannya ketempat lebih lapang, dan akhinya
kami menggotongnya ke rumah sakit, karena bacaan ayat-ayat ruqiah tidak terlalu
bereaksi terhadap temanku.
Aku tau betul, apa yang sedang
dipikirkannya, tugas menumpuk, kewajiban untuk prensentasi makalah, membuat
teman ku harus menghabiskan malamnya duduk didepan laptop, di perpus. Selain
itu tanggung jawabnya sebagai seorang suami, kerjaan di rektorat. Cukuplah
untuk membuat kodisinya ambruk, babak belur. Temanku ini adalah yang pertama yang
menghirup aroma rumah sakit. dan menjadi ‘korban’ belajar dengan intensitas
tinggi seperti ini.
Hari ini, aku kembali kerumah
sakit, lebih tepatnya Rumah Sakit Islam Bogor yang berada di samping kampus,
tapi bukan sebagai pasien. Seorang teman mahasiswa harus kembali tumbang,
karena tekanan darah dan jantungnya yang tiba-tiba tidak stabil, membuatku dan
sahabat mahasiswa yang lain harus bermalam dan menunggunya di rumah sakit. Beruntung
sahabatku ini punya keluarga di Bogor, punya teman seperti kami, dan ust-ust yang
siap dengan bantuannya.
‘Dokter’ itu menjelaskan,
bahwa sahabatku harus dirawat inab,
karena kondisinya yang begitu lemah. Kuatir terjadi apa-apa jika kembali ke
asrama. Padahal sahabatku ini terlihat sehat pada sebelum-sebelumnya.
Lagi-lagi karena beban yang dirasakannya, jadwal kuliah
yang padat membuat waktu mengerjakan tugas-tugas kami yang menumpuk semakin
tipis, ujian semester akhir yang semakin dekat, juga keharusan mengumpulkan
proposal tesis akhir bulan juni ini. Membuatnya terlalu tegang dan akhinya
tubuhnya tidak mampu menahan beban pikiran, tiba-tiba dia lemas, sesak napas,
jantung yang tak karuan. Dia adalah orang kedua yang menjadi ‘korban’ belajar
dengan intensitas tinggi seperti ini.
Tahmid pun berkali-kali terucap
di lisanku, badanku yang ‘kurus’ ini (terkadang teman-teman menyebutku ‘anak
bawang’), masih bisa membawa ku untuk tetap kuat dan bertahan, menahan beban
yang tidak ringan untuk sebuah amanah, yang telah kulalui sejak oktober 2012
lalu.
Ya Allah, tinggal beberapa hari
lagi, untuk menyelesaikan kuliah ini, berikanlah hamba-Mu kekuatan, dan semoga sampai kuliahku benar-benar final,
kesehatan selalu bersamaku. Beserta suskses nya kuliah ku (lulus tepat waktu
dan mendapatkan hasil yang baik)
Rumah sakit Islam
Bogor, Kamis 20 Juni 2013
Selamat berjuang, Akhi... Doa kami selalu menyertai mu... Nama besar Hidayatullah harus antum harumkan di sana. Semoga Allah menjagamu selalu.... Allahu yubarik fik...
BalasHapussyukron lak akhyl karim
Hapusdoa-doa kalian begitu terasa.... :)