Sabtu, 18 Januari 2014

buku mudah tema pemikiran Islam

Judul       :   Misykat : Refleksi Tentang Westerisasi, 
                    Liberalisasi, dan Islam
Penulis    :   Hamid Fahmi Zarkasyi
Penerbit  :   MIUMI-INSISTS, 
Di            :   Jakarta, Oktober 2012

Sebenarnya saya tidak terlalu hobi untuk membaca buku yg membahas tema pemikiran, terlebih jika pembahasannya adalah kajian filsafat barat. Saat membaca judulnya sudah terbayang isi buku ini pasti tidak lepas
darinya. Isu Westernisasi, maka kajiannya akan kembali ke bagaimana worldview barat. Tapi karena kebetulan ane mendapat hadiah buku ini dari seorang ‘teman baik’. maka sebaik-baik buku adalah buku yang dibaca. J

Sejak awal terbitnya, buku ini langsung dibicarakan dan dicari oleh mereka yang gemar mengikuti perkembangan pemikiran Islam. Hal itu dikarenakan penulisnya merupakan aktifis, sekaligus cendekiawan muslim yang aktif melawan arus liberalisasi Islam khsususnya di Indonesia. Selain itu beliau adalah alumni ISTAC, murid langsung Prof. Dr. Syed Mohammad Naquib al-Attas yang merupakan tokoh besar pemikir Islam yg menjadi rujukan pada saat ini. Beliau juga adalah direktur INSITS, sebuah lembaga pengkajian studi ke-Islaman.

Pada bagian awal dari buku ini ditampilkan beberapa komentar para tokoh. Secara umum mereka mengatakan bahwa buku ini luar biasa. Membahas tema pemikiran namun mudah untuk dipahami pembaca umum. Kata Prof. Didin,
berbagai persoalan yang terkesan rumit itu menjadi mudah dipahami dan enak dibaca karena kemahiran. Dr. Hamid bertutur, buku ini seperti gerbang yang indah menuju berbagai pemikiran yang mendalam

benar, buku ini yg termudah untuk tingkat kajian pemikiran yg begitu rumit dan memusingkan. Biasanya perlu membaca berulang untuk bisa memahami utuh buku pemikiran, namun hal yg beda akan didapatkan saat membaca buku ini. Membaca sekali kemudian bisa jadi pembaca langsung dapat memberikan kesimpulan. 

Buku ini terdiri dari dua Bab. Bab pertama adalah, ‘de-westernisasi’, merupakan  sebuah pembahasan tentang bagaimana cara pandang barat terhadap dunia/hidup. Memulai pembahasan tentang latar belakang mengapa barat bersikap demikian dalam masalah wordview. Terminology ‘barat’ pun masuk dalam salah satu subnya. Kemudian mengakhirinya berupa bantahan terhadap persepsi barat tersebut.

Bab ke-dua adalah, ‘deliberalisasi’ di bab inilah banyak kajian tentang isu-isu yg di usung oleh JIL. Berikut bantahannya. Cara beliau mencounter pemikiran liberal sangat baik, dan syarat filosofis. Dalam beberapa kasus beliau membalikan logika yg di gunakan kaum liberal untuk menjatuhkan mereka.

misalnya dalam pembahasan tentang ‘kebenaran’. menurut orang liberal kebanaran itu relative, tidak ada yang mutlak. Kata beliau, “kalau anda mengatakan, ‘semua adalah relatif’ atau ‘semua kebenaran adalah relative, maka pernyataan anda itu juga relative alias tidak absolute”.

Untuk lebih memudahkan pembaca, beliau menyertakan beberapa Tanya jawab ringkas disetiap akhir Bab, pertanyaan-pertanyaannya sangat membantu dalam meringkas pembahasan di setiap bab.

Dalam setiap judul pembahasan, beliau lebih sering  memulainya dengan  mendasarkan pengalaman beliau dalam berinteraksi dengan masyarakat dan barat. Pembaca diantar untuk memahami judul pembahasan yang tergambarkan dalam kisah pendek beliau. Sehingga dengannya akan mempermudah masuk ke pembahasan selanjutnya.

Ketika beliau membahas tentang bagaimana persepsi barat terhadap tuhan beliau bercerita,
pada suatu hari saya naik bus dari aston ke Univ Birmingham Inggris. Disampin saya  duduk seorang bule yang agak kusut, ia melirik buku teologi yang saya baca. Dan tiba-tiba dia, “Hai mike!” dia menyapa dengan aksen khas Birmingham sambil senyum. Kemudian ia bertanya, “bisakah tuhan menciptakan sesuatu yang ia tidak dapat mengankatnya?”

buku ini sangat baik untuk pemula maupun yang telah sering bergelumut dengan dunia pemikiran. Oleh karena itu saya merekomendasikan kepada pelajar muslim ‘wajib’ membacanya. Sebab dengannya kita belajar bagaimana mencounter pendapat para liberalis yang saat ini pemikiran mereka begitu mewarnai perguruan tinggi Islam di Indonesia.
Sudah tiba saat nya mahasiswa muslim sejati untuk tampil kedepan dalam membendung arus pemikiran yang dilancarkan barat. Mengambil peran penting didalamnya serta tidak tinggal diam. Saatnya lah orang-orang JIL tau bahwa mereka pada suatu saat akan dicatat sejarah sebagai perusak Islam, bukan pembaharu, apalagi sampai disebut aktifis muslim.

Selamat membaca…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih