Kamis, 30 Januari 2014

Modus Baru di stasiun Kereta

pada saat ini, hidup di kota besar memerlukan biaya hidup yg tinggi. Apapun yg dibutuhkan, sekecil apapun bantuan semua harus menggunakan uang. Oleh karena itu orang-orang melakukan segala cara untuk mendapatkan uang demi memenuhi dan menutupi kebutuhan hidupnya.

Diantara orang-orang, beberapa ‘mereka’ melakukan cara-cara yang tidak benar dalam mendapatkan uang. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan kelalaian orang lain, dan mengambil keuntungan untuk pribadinya seperti yang saya alami
saat di Station kereta.

Waktu itu saya menemani seorang teman berangkat ke Jakarta untuk bertemu dengan seorang kiyai di MUI pusat guna melakukan interview penting kelengkapan tesisnya tepat pada jam 10 pagi. Saat sampai di stasiun Bogor jam menunjukan pukul 08:30. Sedangkan perjalanan Bogo-Jakarta (stasiun cikini) kurang lebih menghabiskan waktu satu setengah jam. Dari stasiun cikini ke kantor MUI dengan menggunakan angkutan metromini, atau bemo, memerlukan beberapa menit, belum lagi jika macet.

Oleh karena itu perjalanan kami adalah perjalanan ‘kilat’ sebab jika menghitung waktu secara normal kami tidak akan bisa sampai ke Kantor MUI tepat  jam 10 pagi.

Kebetulan waktu itu isi dompetku kosong, hanya ada kartu ATM dan beberapa kartu pengenal lain. Maka saya ke ATM yang ada di stasiun dan mengambil uang 100 ribu buat ongkos perjalanan. Sret… sret…. Begitu cepat sambil berusaha mengejar kereta yang entar lagi berangkat.

Langsunglah saya ke loket tempat pembelian tiket comuterline dalam suasana sedikit antrian. Saat giliranku tiba, dengan cepat kukeluarkan uang seratus ribu rupiah yang baru saja ane tarik di ATM. Perlu diketahui bahwa untuk harga tiket rute bogor-Jakarta (stasiun cikini) membutuhkan ongkos  Rp.4500 plus jaminan sebesar Rp. 5000. Jadi total ongkos Rp.9500. 

Transaksi begitu cepat, langsung kusambar tiket dan uang kembalian sambil bergegas menuju ke dalam stasiun dan menghitung uang kembalian. 

Eits… langkahku terhenti saat saya mengetahui ada yang ganjil dari jumlah nominal uang kembalian. Kuhitung kembali uang kembalian itu dengan teliti serta bandingkannya dengan jumlah harga tiket yang tertera dalam struk pembelian. Saya piker telah ada penaikan haga tiket commuterline ke Jakarta, tapi ternyata tidak. Kembalianku memang kurang Rp. 10.000. tanpa pikir panjang langsung saja saya kembali ke loket tempat saya membeli tiket tadi. Tidak menghiraukan orang yang mengantri, saya langsung terobos ke loket sambil membawa uang kembalian tadi.

“Mas, uang kembaliannya kurang”  kataku

“Masuk ke sini” kata petugas loket itu sambil mengisyaratkan saya untuk masuk ke ruangannya.

Saya masuk. Petugas itu meminta uang kembalian tadi sambil kembali menghitung. 

“Oh iya kurang, Maaf mas” katanya sambil menambah uang kembalian ku.

Tak memperpanjang pembicaraan saya langsung mengambil uang kembalian itu, dan langsung masuk ke Stasiun menunungu perjalanan kereta selanjutnya. Teman saya tampak berpikir kenapa saya agak lambat. Huft……

***
Barangkali rekan-rekan sekalian setelah membaca sekilas berkesimpulan bahwa itu terjadi disebabkan karena factor ketidaksengajaan. Petugas loket itu tidak sengaja/ salah dalam menghitung uang kembalianku. Bukankah dia manusia biasa yang tak luput dari kesalahan ? Atau barangkali uang kembalian ku tercecer/jatuh tanpa saya sadari !! Atau ada yang berpikir bahwa saya lah yang berbohong, pura-pura uang kembalianku kurang untuk mendapatkan uang yang tidak halal.  

Permsalahannya adalah saya sudah dua kali mendapatkan pengalaman serupa di stasiun yang sama, pada petugas loket yang sama pula. 

Yang kedua, jarak antara loket  dan tempatku berhenti saat mengitung uang sangat dekat, mustahil uang itu tercecer, kalau pun jatuh saya akan bisa mencarinya. 

Yang ketiga, saya adalah seorang thalibul ilmi (santri), semoga saya  bisa untuk terus istiqimah menjadi orang yg jujur.

Mengapa saat saya komplen ke petugas loket saya tidak dilayani didepan, tapi malah di suruh masuk ke ruangannya. Saya melihat ada kekhawatiran jika saya terus berbicara didepan banyaknya orang yang sedang mengantri. Bagaimana jika yg mengantri itu juga pernah mengalami pengalaman serupa ???

So… 

Ini hanya sekedar perkiraanku, silahkan rekan-rekan sekalian mengambil kesimpulan masing-masing. Intinya adalah hati-hatilah saat terburu-buru di stasiun, karena biasanya orang yang terburu-buru itu lalai, dan kelalalian itu akan dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Semoga bermanfaat, 

Wallahu a’lam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih