Hari jumat kemarin, selepas pulang
kuliah saya langsung ke asrama, membuka lemari, kemudian mengambil hp untuk mencek
adakah panggilan atau pesan yang masuk.
Ada dua panggilan tak terjawab dari
ust ilman, saya menelpon balik, yang mengangkat adalah zaujah beliau, ummu
nafi’. Beliau hanya menyampaikan pesan Ust Ilman bahwa sabtu besok ada acara
temu alumni gunung tembak di rumah ust Naspi bersama ust Nasirul Hak. Bismillah
saya menyanggupinya, tak lupa, saya juga
meminta izin mengajak teman untuk menemani saya ke depok, maklumlah saya orang
baru, belum terlalu paham dengan rute di depok.
Singkat cerita sampailah saya di
depok bersama dua orang teman yang juga pernah nyantri di Hidayatullah,
walaupun bukan alumni gunung tembak.
Acara dimulai ba’da shalat asar.
Di pertemuan singkat itu saya
bertemu dengan kakak-kakak senior saya, bang dayat, bang rojif. Saya sangat
senang bisa bertemu dengan mereka, setelah sekian waktu kami tidak saling
bertemu.
Yang paling berharga dalam
pertemuan itu adalah sosok ust Nasirul hak. dalam pandangan saya beliau itu
adalah seorang kader intelek muda yang berbakat yang dimiliki Hidayatullah,
kehadiran beliau sangat bermanfaat dan memberi makna kepada saya, disamping
karena beliau adalah dewan syuro Hidayatullah sekaligus dosen ushul fikih saya,
tapi juga karena beliau sedang menjalani proses pendidikan S3 di univ antar
bangsa Malaysia, dimana beliau banyak menceritakan bagaimana beliau menjalani
perkuliahannya.
Ust nasirul hak itu tidak pulang
kerumahnya keculai pada jam 23.00, selebihnya beliau menghabiskan waktunya di
perpustakaan untuk belajar. Sebenarnya beliau mendapatkan konpensasi untuk
langsung mengadakan penelitian Disertasi, namun beliau menolak dan lebih
memilih untuk kuliah secara full. Alasan beliau,“jika saya langsung mengambil
penelitian disertasi, maka saya hanya bisa
berintraksi dengan 2 atau 3 profesor, tapi apabila saya mengikuti kuliah
secara full, otomatis saya bisa belajar dengan puluhan professor”.
Dalam hal memanejemen waktu, ust
nasirul hak lah orangnya, ditengah-tengah kesibukan aktifitas akademika, beliau
juga tetap menjalankan amanah sebagai anggota Dewan Syuro, begitu pula amanah
di MUI Balikpapan, beliau tetap aktif dalam setiap pertemuan-pertumuan yang
diadakan rutin.
Namun dibalik kepiyauan beliau
dalam memenej waktu ada seseorang
yang sangat berperan aktif, tertutama
dalam membantu menyelesaikan tugas tugas akademika dan penelitian beliau. Siapa
dia? siapa lagi kala bukan Istri tercintanya. Ketika ust nasirul hak melakukan
penelitian diperpustakaan, dalam mengkaji kitab-kitab, manuskrib dan
literature-literatur Islam, istri beliau lah yang bertugas untuk mencatat yang
telah di tandai oleh ust nasirul hak, terus ust tinggal mempelajari dan mengganalisa.
Kayaknya yang ini asik, dan perlu
ditiru. J
Kata beliau, “sebagai generasi
muda Hidayatulah yang wajib dilakukan,
yang pertama adalah menyerap nilai-nilai kelembagaan yang diwariskan oleh
pendahulu Hidayatullah, yang kedua memelihara dan menjaga kultur kelembagaan,
yang ketiga mengembangkan hal-hal yang dibutuhkan lembaga untuk kemajuan di
masa mendatang. Hidayatullah akan runtuh apabila para kader melalaikan hal ini.
Beliau banyak perpesan agar
benar-benar memanfaatkan waktu luang dan kesehatan yang diberikan olah Allah. Apalagi
sekarang tinggal di ibu kota, dimana segala informasi bisa dengan mudah
didapatkan, begitu pula banyak tokoh-tokoh yang bisa kita ketemu dengannya.
permasalahan penting yang juga dibahas
beliau terkait santri-santri yang ditugaskan belajar yang kemudian setelah selesai berbalik menyerang
Hidayatullah. Saya jadi teringat ketika ust nasrullah, putra allahu yarham
Abdullah said, ketika di tegur dimimbar oleh ust Abdur rahman, padahal waktu
itu saya adalah termasuk diantara santri yang paling sering belajar dengan
beliau, karena saya tergabung di markaz lugah yang dikelola beliau. Biasanya saya
dan teman-teman pergi kerumahnya untuk belajar. makanya saya sedikit tercap dengan istilah yang ngg enak didengar.
Kata ust nasirul hak, hal itu
terjadi karena kurangnya pembianaan secara berkala santri-santri yang mendapat
tugas belajar. Alhamdulillah hasilnya akan ada pertemuan rutin alumni-alumni dan santri
gunung tembak di Jakarta.
Dan yang tak kalah asiknya,
mahasiswi-mahasiswi yang bertugas belajar di LIPIA dan yang lainya juga ikut
hadir, :) walaupun saya tidak mengenal mereka satu persatu, melihat mereka, membuat saya
teringat lw sedang lewat di kantor WKP, “curi pandang, cari perhatian” :) cukuplah mehinghilangkan rasa kangen kampus gutem
Bermanfaat… ? pastilah…. Melihat sosok beliau, tanpa bicara
pun sudah membuat tenang dan menambah spirit.
Semoga kedepan hidayatullah bisa semakin maju…
kata allahu yarham Ust. Abdullah
Said, “suatu saat kita akan masuk ke Istana dengan kalungan bunga”
siapkah…? Sebagai kader kita
harus siap, sekedar masuk ke istana hanyalah cita-cita kecil dari mimpi besar Hidayatullah…
**membangun peradaban Islam**
**membangun peradaban Islam**
Bogor, 09 desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih